Dikarenakan banyaknya kasus penipuan fundraising, apakah perlu kita saring target sedekah? Itu menjadi pertanyaan saya beberapa hari ini.
Indonesia pada tahun 2023 menurut Charitie Aid Foundation, menduduki peringkat pertama sebagai negara paling dermawan. 61% penduduk dewasa Indonesia meluangkan waktu, harta dan tenaganya untuk membantu orang lain. Saya tidak heran, karena mayoritas warga negara Indonesia itu beragama, sehingga mayoritas warna negara meyakini akan kehidupan yang abadi nanti. Kehidupan nanti bisa lebih Bahagia jika kita membawa bekal, salah satu bekal yang paling didengungkan adalah sedekah. Akan tetapi beberapa minggu terakhir ada 2 kasus penipuan berbasis penggalangan dana dan 1 kejadian yang wajar tapi gak terlalu etis di bidang penggalangan dana.
Banyakanya aplikasi atau website fundraising, memudahkan kita untuk mensedekahkan harta. Tidak perlu lagi kita mencari atau bingung mau sedekah dimana, tinggal bukan web, kita bisa memilih mau sedekah kemana. Bahkan banyak influencer yang secara sukarela menyebarkan kondisi seseorang yang membutuhkan bantuan. Itu adalah kemudahan kita untuk bersedekah di era modern. Tapi tentu saja ada oknum yang mengotorinya.
Kasus fundraising yang bermasalah adalah meminta bantuan untuk pengobatan ibunya yang sakit oleh oknum anaknya sendiri. Satu lagi adalah seorang ibu yang meminta bantuan untuk pengobatan anaknya. Hal tersebut biasa saja dan banyak yang seperti itu. Akan tetapi, setelah ada kecurigaan terhadap oknum-oknum tersebut, netizen yang Budiman pun langsung mencari kebenaran. Pencarian pun all out, dari tanya ke teman-teman oknum sampai menyambangi rumah oknum. Apa yang didapatkan? Yes, nihil. Itu hanyalah hoax semata. Yang membangokan adalah seorang artis melakukan fundraising untuk membelikan ibunya mobil baru. Iya, artis itu cukup terkenal dan mampu. Dan betul sekali, duitnyapun terkumpul. Ini bukan penipuan tetapi tidak etis saja jika masih banyak yang membutuhkan untuk Kesehatan dan makan, dia menggelar fundraising untuk keinginan.
Sebenarnya jika kita mengambil dari sisi ikhlas, tentu transaksi sedekah yang dilakukan itu baik dan medapatkan balasan oleh Tuhan, tidak peduli itu benar atau tidak. Sebaliknya, orang yang menjual kesedihan akan mendapatkan dosanya. Tapi apakah jika kita diamkan dengan dalih seperti itu akan membuat oknum-oknum penjual kesedihan hilang? Tentu tidak, dikhawatirkan akan banyak lagi para penjual kesedihan. Selanjutnya, apa yang harus kita lakukan? Perlukan kita saring atau menilite kebenaran calon penerima sedekah sebelum kita bersedekah? Itu pasti memakan waktu lama dan membuat tren sedekah berkurang.
Jawaban yang tepat itu sudah ada dari kanjeng Nabi Muhammad. Bahwa Nabi mengatakan sedekah yang paling utaman adalah ke sanak famili. Imam Nawawi dalam kitabnya Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzab, menyatakan, ulama telah sepakat bahwa bersedekah kepada sanak famili lebih utama dibandingkan yang lain.
Bagaimana jika keluarga sudah terpenuhi?
Jika keluarga sudah terpenuhi, kita bersedekah ke fakir miskin yang lain. Betul. Akan tetapi, apakah kita mampu untuk membantu seleruh fakir miskin yang ada? Belum tentu. Sehingga, urutan sedekah setelah orang tua, anak, istri itu adalah tetangga kita yang fakir miskin. Tetangga dekat, satu RT, satu RW, tidak perlu jauh-jauh ke dunia maya. Sebagaimana surat Al Baqarah ayat 215: Artinya: “Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang apa yang harus mereka infakkan. Katakanlah, “Harta apa saja yang kamu infakkan, hendaknya diperuntukkan bagi kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan (dan membutuhkan pertolongan).” Kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya”.
Dari ayat tersebut Fakhrudin Ar Razi memberikan urutan nafkah sedekah:
- Oran tua, anak, dan istri
- Kerabat atau tetangga rumah yang dekat.
- Anak-anak yatim
- Fakir miskin
- Orang dalam perjalanan
Bahkan, Imam Nawawi Al-Bantani dalam tafsirnya menjelaskan memberikan nafkah kepada orang tua dihukumi wajib jika keduanya tidak mampu mencari nafkah sendiri. Begitu juga memberi infak kepada kerabat. Adapun kewajiban yang dimaksud di sini bersifat semampunya dan terkadang hanya dimaksudkan untuk menyambung silaturahim. Sedangkan memberi nafkah kepada anak yatim, orang miskin serta Ibnu Sabil adakalanya berupa zakat atau sedekah.
So, bagi teman-teman yang ingin bersedekah, lebih baik lihat sekeliling kita yang dekat terdahulu. Jika semuanya beres, maka baru kita ke orang lain.