Alhamdulillah hari ini ngaji terakhir bersama santri untuk kitab Maqosidus Shoum. Salah satu kita yang penting sekali bagi umat muslim untuk mengetahui hal-hal yang diwajibkan dan yang dilarang. Bahkan, ada beberapa hal yang harus dihindari. Pada bab tersebut menjadikan puasa kita semakin sempurna, karna tidak hanya meninggalkan yang dilarang tetapi juga menghindari hal-hal yang dapat membuat puasa kita batal. Ada banyak hal di bab yang perlu dihindari, akan tetapi saya akan mengutip 2 hal saja.
- Bolehkan mencium istri ketika berpuasa?
Mencium istri sendiri secara syariat tidaklah membatalkan puasa, kecuali wudhu maka mencium istri batal wudhunya. Dikarenakan istri bukan mahrom. Syarat sah menikah adalah istri itu harus ajnabiyah atau orang lain yang bukan termasuk mahrom. Dan posisi setelah menikah tidak menjadikan dia menjadi mahrom, tetap statusnya ajnabiyah. Ok, kita kembali ke pembahasan mencium saat berpuasa.
Ada salah satu hadist yang disampaikan oleh istri Nabi yaitu Aisyah bahwa Nabi mencium Aisyah dan Nabi sedang berpuasa. Akan tetapi, kita jangan memotong hadistnya disitu saja, karna ada lanjutan dari hadis tersebut yaitu “akan tetapi Nabi adalah Manusia yang paling berkuasa atas anggota badanya” yang artinya mencium tidak membuat Nabi terbawa nafsu.
Seperti analogi di dalam kitab Maqosidus Shoum, jika orang yang sudah tua dan dia merasa aman atas dirinya sendiri, maka mencium istri saat puasa diperbolehkan. Sedangkan, jika masih muda dan khawatir atau merasa tidak aman atas dirinya sendiri, maka lebih baik menghindari mencium istri saat berpuasa. Sehingga, jika kita tidak mampu mengontrol hawa nafsu diri kita sendiri, atau khawatir kita akan kalah terhadap hawa nafsu jika mencium istri, lebih baik kita hindari mencium istri kita saat berpuasa,
- Bekam
Benar bahwa Nabi berbekam dan Nabi dalam keadaan berpuasa. Akan tetapi, bekam menjadi makrum atau perlu sekali dihindari jika bekam menjadi kita lemah. Karena, jika kita malas beribadah atau menunda ibadah dikarenakan lemasnya badan setelah berbekam, maka perlu sekali untuk menhindari bekam.
Dua hal tersebut menjadi menarik untuk dibahas saat ngaji, karena syariat Islam mengajarkan kita untuk beranalogi secara baik dan tepat. Segala hal yang tidak membatalkan suatu ibadah, bisa saja kita hindari, karena aktifitas tersebut bisa menjerumuskan akan sesuatu yang membatalkan atau menjadikan kita lemah.